Rabu, 16 Agustus 2017

Suka Duka Warga Jateng di Lokasi Transmigrasi. Bagaimana Mereka Berlebaran?

Dikutip dari:
TRIBUNJATENG/M NUR HUDA

Raut wajah sumringah terpancar dari para transmigran saat menyambut kedatangan rombongan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng beserta staf, di dermaga Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Sepunggur, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Rabu (17/5) sore.

Keceriaan itu seolah mereka sedang bertemu saudara yang lama tak jumpa. Sembari berjalan kaki di jalan kampung UPT yang masih berupa tanah, para transmigran asal Jawa Tengah itu tak henti-hentinya menceritakan keadaan mereka selama di lokasi sejak Oktober 2016 lalu.
Sepanjang jalan itu, para transmigran asal Jateng lainnya baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak, juga tampak keluar rumah menyambut kedatangan rombongan dari Jateng. Masing-masing juga menawarkan pada tamunya ini untuk mampir sejenak di rumah mereka.

Kepala Disnakertrans Jateng, Wika Bintang bersama para warga transmigran asal Jateng di UPT Sepunggur, Bulungan, Kalimantan Utara, belum lama ini. (TRIBUNJATENG/M NUR HUDA)
“Alhamdulillah di sini damai, aman. Begitu sampai di sini, kita langsung bercocok tanam,” ujar salah satu transmigran asal Kedungjati, Grobogan, Sri Taryono, saat berbincang dengan Tribun Jateng, di teras rumah panggung yang ia huni bersama istri.

Di UPT Sepunggur terdapat 100 Kepala Keluarga (KK) transmigran asal Jateng yang diberangkatkan Oktober 2016 lalu. Mereka transmigran pertama yang mengikuti program modal sharing atau kerjasama antara Pemprov Jateng dengan pemerintah pusat, pemkab daerah asal, dan pemkab daerah tujuan.
Tanah di lokasi transmigrasi ini terbilang subur. Di sekitar permukiman terlihat berbagai tanaman berupa padi, singkong, cabai, kedelai, jagung, terung, pisang, pepaya, sayur-sayuran, buah nanas, dan lainnya. Bahkan di bahu jalan kampung, oleh mereka ditanami kacang tanah dan terlihat tumbuh subur. “Ini semua ditanam tidak pakai pupuk,” ujar Taryono.

Sedangkan di antara kanan dan kiri jalan kampung ini, terdapat saluran irigasi yang masing-masing selebar sekitar 3 meter. Saluran ini terhubung ke Sungai Kahayan yang memiliki lebar mencapai ratusan meter, bermuara di selat pulau Tarakan dengan Bulungan.

Sehingga ketika air sedang pasang yang biasanya terjadi sehari dua kali, dimanfaatkan warga untuk memancing ikan dari depan rumah. “Kendalanya, masih banyak tikus, banyak monyet juga yang suka makan terong, jagung, ketela,” tuturnya.

Transmigran lainnya, Sunarno (47) asal Desa Babadan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, terlihat bersemangat menceritakan pengalamannya selama kurang lebih delapan bulan ini. Bahkan ia mengaku Lebaran nanti tidak ingin pulang ke Boyolali. “Insya Allah kerasan. Di sini lebih tenteram dan damai karena di sini masih kayak zaman dulu semua serba manual, belum ada teknologi kayak di Jawa. Tidak ada TV, adanya cuma radio,” ujarnya.

Memang, saat ini UPT Sepunggur belum teraliri listrik, meski tiap rumah sudah terpasang instalasi listrik. Untuk penerangan di waktu malam mereka menggunakan lampu minyak. Warga yang ingin menikmati listrik, sementara harus membeli panel solar cell seharga Rp 500 ribu untuk kapasitas 40 watt.

Untuk hasil dari lahan pertanian, Sunarno cukup puas, karena untuk tanaman padi bisa panen dalam tiga bulan. Bibit padi pun banyak yang menjual, semisal bibit jenis 64, mentik wangi, dan sebagainya. Tanaman cabai pun bisa panen tiap minggu. “Cabai Rp 40 ribu per kilogram, kalau pas mahal bisa sampai Rp 140 ribu per kilogram. Cabai itu sekali berbuah bisa terus menerus,” katanya.
Hasil-hasil dari pertanian itu, mereka tak perlu bersusah menjualnya ke pasar. Sebab ada pedagang sayur yang berkeliling, dan biasanya langsung membeli hasil pertanian warga. Jika uang yang dibawa pedagang tak cukup, biasanya ditukar dengan kebutuhan rumah tangga lain yang tak ditanam warga.
Namun diakui ada kendala pasang surut air sungai Kahayan terlalu tinggi yang selalu masuk area lahan pertanian, meski tidak semuanya. Dari informasi yang ia terima, pemerintah akan membangun bendungan dan membangun talud di sepanjang saluran irigasi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar